MOTOR ANTIK
BMW (Bayerische Motoren Werke) R25/3 tahun 1953 buatan Germany.Motor ini memiliki kapasitas 250CC dan bersistem gardan.Sebuah mahakarya yang sempurna.Motor ini aku peroleh dari Bandung Jawa Barat, untuk sentara waktu ini motor ini masih aku bangun biar sehat mesinnya sehingga dapat dipergunakan dengan nyaman tanpa takut ngadap dijalan (penyakit motor tua). Aku berharap dan mungkin harapan para pecinta motor klasik diseluruh Indonesia bahwa perlu adanya Aturan atau perda tentang Keabsahan Kepemilikan/pengganti Bukti Kepemilikan Motor antik ini yang notabene merupakan benda cagar budaya dan saksi sejarah lahirnya bangsa Indonesia. Bukan rahasia lagi bahwa Motor antik sangat minim dengan dokumen-dokumen kepemilikan seperti BPKB/STNK hal ini dikarenakan kebanyakan motor-motor itu pada waktu era awal kemerdekaan ditinggalkan begitu saja oleh pemiliknya yang kepajanyakan bangsa penjajah. Kalaupun ada pribumi yang memiliki motor ini adalah seorang Priyayi yang kaya.Semoga harapan para pecinta motor antik ini dapat direalisasikan sehingga motor antik tetap jaya di Negeri Indonesia ini.
Keterangan : ( WIS PAYU/SUDAH LAKU/SOLD OUT)
DKW RT 125
DKW (Dampf Kraft Wagen) RT125/2H tahun 1956 buatan Germany memiliki kapasitas mesin 125CC 2Tak.Model yang sangat sempurna.Motor ini pernah jadi motor harian buat kerja dengan menempuh jarak Malang -- Kepanjen kira-kira 50km beberapa bulan dan setelah itu sudah aku pensiunkan karena faktor kenyamanan yang sangat kurang. Maklum motor kuno tidak ada sein dan sistem pegas yang kurang lentur dan penerngan yang redup (pakai platina 6 Volt).Motor ini oleh para pecinta motor antik sering disebut DKW auto Union. Auto Union merupakan gabungan dari tiga perusahaan yaitu Horch, Audi dan Wanderer yang banyak memproduksi sepeda motor dan Auto union sendiri merupakan cikal bakal pabrik audi yang sekarang lebih terkenal dengan produk Mobilnya.
MOBYLETTE EEG
Mobylette EEG made in France.Motor ini dengan sistem otomatis langsung gas dengan kapasitas mesin 50cc dengan model Moped.Mungkin motor matic sekarang ini pengembangan dari sistem motor ini Sungguh teknologi yang mengagumkan.
Keterangan : ( WIS PAYU/SUDAH LAKU/SOLD OUT)
BARANG ANTIK LAINNYA
"Beruk" adalah sebuah media untuk menimbang atau menakar beras jaman dahulu. Beruk terbuat dari jenis kelapa yang sangat besar dan tua sehingga menghasilkan warna hitam pekat. Beruk pada zaman sekarang sudah tergusur oleh timbangan yang ukurannya lebih akurat.
Kamera merk Vrede BOx made in Germany
SABAK adalah media tulis pada era tahun 60an. Sabak adalah pengganti buku tulis yang pada saat itu sangat langka dan sangat malah harganya.Alat untuk menulis namanya GRIP (sebagai pengganti pensin/pulpen). Sabak terbuat dari batu granit yang tipis.
Keterangan : Koleksi Pribadi
Ceret dari bahan Enamel warna hijau tentara ini aku beli bersamaan rantang blirik.
Keterangan : (wis payu/sudah laku/sold out)
Gramaphon Merk His Master Voice buatan tahun 1933 ini merupakan generasi pertama media piringan hitam.Gramaphon ini masih berfungsi dengan baik walaupun suara yang dihasilkan rada2 briut-bliut ( harap maklum buatan zaman penjajah )
Keterangan : koleksi Pribadi
Setrika Arang jago ini pernah jaya pada masa tahun 80an sebelum program listrik masuk Desa. Setelah ada listrik setrika ini banyak tidak digunakan lagi karena tidak praktis.Sering kali setrika macam ini teronggok disetiap sudut rumah diDesaku.
Keterangan : Koleksi Pribadi
Pistol jaman VOC dengan popor terbuat dari kayu dan besi, laras yang berbentuk bulat dan berhiaskan ukiran dengan motif sulur, mengenai lubang kunci ada di bagian atas, ada pula yang dibagian bawah.Cara penggunaan dengan mengisi mesiu dari lubang bagian atas baru kemudian ditarik pelatuknya kebelakang. Pistol semacam ini dipergunakan para serdadu Belanda pada jaman Penjajahan Belanda VOC.
Keterangan : Koleksi Pribadi
Mesin Ketik Made at Ilion New York USA ini pernah digunakan untuk urusan administrasi perkantoran pada Zaman Penjajahan Belanda.
Keterangan : Koleksi Pribadi
Mesin Jahit Merk PFAFF
Keterangan : (wis payu/sudah laku/sold out)
Mobil-mobilan model Jadul.Mainan ini diproduksi di Jepang pada tahun 1970an
Keterangan : koleksi pribadi
Pecah Belah Antik
Botol air atau Vas bunga ada tulisan VOC
Keterangan : (wis payu/sudah laku/sold out)
Tempat Air minum Jaman Belanda. Mungkin Dispenser jaman sekarang terinspirasi dari tempat air minum ini.Tempat air minum ini Mer Berkefeld Filter Made in England
Keterangan : Koleksi Pribadi
Guci tempat arak jaman dahulu kala.
Keterangan : Koleksi Pribadi
Piring bergambar Merk Masrict dam Jam Dinding Prapatan Merk Junghans
Keterangan : Koleksi Pribadi
Baki Porseline dengan gambar bercorak Bunga.
Keterangan : Koleksi Pribadi
Hiasan Dinding bergambar kicir angin suasana pedesaan Belanda
Keterangan : Koleksi Pribadi
Tempat sabun Merk Thomson
Baki porseline bercorak buah anggur.
Keterangan : Koleksi Pribadi
Lampu Antik
Lampu Minyak dengan wadah minyak berbahan Kaca dan Kepala sumbu terbuat dari Kuningan
Keterangan : WIS PAYU/SUDAH LAKU/SOLD OUT
Lampu minyak Duduk terbuat dari bahan kuningan.
Keterangan : WIS PAYU/SUDAH LAKU/SOLD OUT
Lampu minyak dengan corak gambar ayam ini tergolong sudah langka (biasa orang desa menyebutnya lampu pitik)
Keterangan : (WIS PAYU/SUDAH LAKU/SOLD OUT)
Lampu minyak semi modern ini generasi pertama sebelum lampu petromax/lampu gaspong
Keterangan : (WIS PAYU/SUDAH LAKU/SOLD OUT)
Lampu Teras Jaman Belanda
Keterangan : (wis payu/sudah laku/sold out)
Lampu minyak Merk Aladin made in England
Keterangan : (wis payu/sudah laku/sold out)
Lampu Minyak Dari bahan kuningan
Keterangan : (WIS PAYU/SUDAH LAKU/SOLD OUT)
RADIO TABUNG ANTIK
PENGKODEAN RADIO TABUNG MERK PHILIPS
Kode radio tabung merk Philips menggunakan 6 hingga 7 digit kode sebagai identifikasi produknya. Penomoran tersebut dimanfaatkan selama 20 tahun, sejak 1946 hingga 1966 :
-- Dekade 1946-1956, urutan nomor diawali oleh 2 huruf (misal BX, BD, BF)
-- Dekade 1956-1966 dengan huruf dan angka (misal B4, B6, L4).
Selepas tahun 1966, Philips pun mengubah sistem penomoran produknya, yakni dengan kode AL, RL. Semisal 90 RL 490, 16 AL 360 / 00R, dan lain-lain.
Metode Penomoran pada Periode : 1946-1956
- Kode pertama berupa Huruf merupakan kode untuk Jenis/Tipe
- Kode kedua berupa Huruf merupakan kode untuk Lokasi Perakitan
- Kode ketiga berupa Angka merupakan kode untuk Kelas Harga
- Kode keempat berupa Angka merupakan kode untuk Tahun
- Kode kelima berupa Angka merupakan akhiran
- Kode keenam Catu Daya
Metode Penomoran pada Periode : 1956-1966
- Kode pertama berupa Huruf merupakan kode untuk Jenis/Tipe
- Kode kedua berupa Angka merupakan kode untuk Kelas Harga
- Kode ketiga berupa Huruf merupakan kode untuk Lokasi Perakitan
- Kode keempat berupa Angka-Angka merupakan kode untuk Tahun
- Kode kelima berupa Angka merupakan kode untuk Catu Daya
- Akhiran
Berikut maksud dari masing-masing kode tersebut.
1. Urutan pertama : jenis produk
A :Tuner
F : Console
B : Tabletop
N : Radio Mobil
H : Radio dengan Pickup
L : Portabel
P : Portabel / Radio Mobil
T : Televisi
2. Urutan kedua : Kelas harga
Menunjukkan kelas dan harga. Semakin kecil angka nomornya, berarti makin murah dan rendah kelasnya, sebaliknya semakin besar berarti semakin mahal. Kelas juga menunjukkan fasilitas yang menyertainya, misalnya untuk angka 0 (nol) adalah paling murah dan sederhana, tanpa disertai fasilitas apapun. Angka 6 dapat dipergunakan sebagai amplifier. Angka 9 termahal sekaligus memiliki beberapa fasilitas seperti tape recorder dan signal scope.
3. Urutan ketiga : Lokasi perakitan
X : Belanda / Belgia
A: Austria
D: Jerman
S: Swedia
DK: Denmark
E: Spanyol
F : Perancis
SF: Finlandia
G: Inggris Raya
I: Italia
N: Norwegia
W: Amerika Serikat
Pada masa jayanya, Philips memiliki banyak pabrik perakitan elektronik di berbagai negara, hingga dimunculkanlah kode-kode tertentu untuk membedakan asal pabrik perakitan. Yang paling umum adalah kode X, yang merupakan produksi Belanda (juga Belgia). Pasangan huruf dan nomor juga bisa berarti lokasi perakitan, misalnya E-nomor berasal dari Eindhoven, PL-nomor dari Philips Leuven.
Radio dengan kode IN adalah rakitan pabrik Philips di Indonesia.
4. Urutan keempat : tahun pembuatan dan serial
Urutan keempat dan kelima merupakan pasangan nomor dari 00 hingga 99. Angka pertama memperlihatkan tahun pembuatan, sementara angka belakangnya sebagai pembeda dua radio yang memiliki karakteristik sama atau mungkin dibuat pada th yang sama.
5. Urutan kelima : sumber daya
A : Tenaga listrik AC
U : Universal (AC / DC)
B : Baterai
V : Aki
T : Radio transistor dengan baterai voltase rendah
X : Catu daya utama AC atau dengan vibrator DC
Z : Gabungan aki / soket
Radio dgn kode A berarti dapt langsung dicolokkan ke listrik rumah. Perhatikan, untuk kode U radio tersebut dapat menggunakan AC maupun DC (90 Volt DC). Huruf V umumnya adalah radio mobil. Kode huruf X berarti radio
tersebut memiliki catu daya utama AC, tetapi dapat dinyalakan dengan catu daya DC melalui vibrator (semacam tenaga cadangan, fungsinya mirip baterai).
6. Urutan Terakhir : akhiran penutup
Akhiran (bisa berupa garis miring atau nomor) adalah kode tambahan, dan bisa juga berarti apa saja. Misalnya sebagai kode perbaikan teknis, tingkat pengembangan, besar frekuensi daya listrik, kode modifikasi, maupun produk untuk pasar tertentu.
Mari kita praktekkan, radio Philips dengan nomor seri B6X61A/01, dapat diartikan :
B = Jenis radio
6 = Kelasnya
X = Negara Perakit
61 = Tahun (depan) - Serial (belakang)
A = Catu Daya
01 = Akhiran
Jadi ia adalah Philips model table top, klas VI (biasanya memiliki fungsi untuk input piringan hitam/phono) dirakit di Belanda pada tahun 1956, menggunakan catu daya listrik AC.
Misalnya lagi nomor seri L4X24T, maka produk itu adalah radio jinjing (portabel) dengan komponen transistor, bertenaga baterai, yang dirakit di Belanda pada tahun 1962. Nah untuk radio Roti, misal BIN318U dapat diterjemahkan sebagai berikut:
B = jenis radionya (Table top alias ditaroh di atas meja)
IN = Rakitan Indonesia
3 = radio ini berada di kelas III kualitasnya
1 = dibuat sekitaran 1951
8 = akhiran yg berfungsi utk membdakn dg tipe radio roti lainnya yg diproduksi pada thn yg sama
U = Catu daya, u berarti UNIVERSAL, berarti bisa AC (127V) bisa DC (90V)
Dimana lokasi informasi di atas?
Lihat bagian belakang radio (rear cover), ada tutup karton keras. Biasanya karton tersebut memiliki semacam lubang jendela kecil yang langsung memperlihatkan secarik kertas yang menempel di rangka mesin.
Angka yang tersedia adalah (untuk radio Philips)
-- tegangan kerja dalam volt
-- frekuensi kerja dalam hertz
-- nr seri produksi
-- nr tipe radio (nah seperti diuraikan di atas)
-- daya konsumsi dalam watt
"Dikutip dari Forum Detik.com"
Radio Tabung Merk RALIN
Keterangan : (WIS PAYU/SUDAH LAKU/SOLD OUT)
Radio Tabung Merk Supertone Made In England
Keterangan : (WIS PAYU/SUDAH LAKU/SOLD OUT)
Radio Tabung Merk Telefunken Tipe D 667 WK Trop Made in Germany
Keterangan : (WIS PAYU/SUDAH LAKU/SOLD OUT)
Kode radio tabung merk Philips menggunakan 6 hingga 7 digit kode sebagai identifikasi produknya. Penomoran tersebut dimanfaatkan selama 20 tahun, sejak 1946 hingga 1966 :
-- Dekade 1946-1956, urutan nomor diawali oleh 2 huruf (misal BX, BD, BF)
-- Dekade 1956-1966 dengan huruf dan angka (misal B4, B6, L4).
Selepas tahun 1966, Philips pun mengubah sistem penomoran produknya, yakni dengan kode AL, RL. Semisal 90 RL 490, 16 AL 360 / 00R, dan lain-lain.
Metode Penomoran pada Periode : 1946-1956
- Kode pertama berupa Huruf merupakan kode untuk Jenis/Tipe
- Kode kedua berupa Huruf merupakan kode untuk Lokasi Perakitan
- Kode ketiga berupa Angka merupakan kode untuk Kelas Harga
- Kode keempat berupa Angka merupakan kode untuk Tahun
- Kode kelima berupa Angka merupakan akhiran
- Kode keenam Catu Daya
Metode Penomoran pada Periode : 1956-1966
- Kode pertama berupa Huruf merupakan kode untuk Jenis/Tipe
- Kode kedua berupa Angka merupakan kode untuk Kelas Harga
- Kode ketiga berupa Huruf merupakan kode untuk Lokasi Perakitan
- Kode keempat berupa Angka-Angka merupakan kode untuk Tahun
- Kode kelima berupa Angka merupakan kode untuk Catu Daya
- Akhiran
Berikut maksud dari masing-masing kode tersebut.
1. Urutan pertama : jenis produk
A :Tuner
F : Console
B : Tabletop
N : Radio Mobil
H : Radio dengan Pickup
L : Portabel
P : Portabel / Radio Mobil
T : Televisi
2. Urutan kedua : Kelas harga
Menunjukkan kelas dan harga. Semakin kecil angka nomornya, berarti makin murah dan rendah kelasnya, sebaliknya semakin besar berarti semakin mahal. Kelas juga menunjukkan fasilitas yang menyertainya, misalnya untuk angka 0 (nol) adalah paling murah dan sederhana, tanpa disertai fasilitas apapun. Angka 6 dapat dipergunakan sebagai amplifier. Angka 9 termahal sekaligus memiliki beberapa fasilitas seperti tape recorder dan signal scope.
3. Urutan ketiga : Lokasi perakitan
X : Belanda / Belgia
A: Austria
D: Jerman
S: Swedia
DK: Denmark
E: Spanyol
F : Perancis
SF: Finlandia
G: Inggris Raya
I: Italia
N: Norwegia
W: Amerika Serikat
Pada masa jayanya, Philips memiliki banyak pabrik perakitan elektronik di berbagai negara, hingga dimunculkanlah kode-kode tertentu untuk membedakan asal pabrik perakitan. Yang paling umum adalah kode X, yang merupakan produksi Belanda (juga Belgia). Pasangan huruf dan nomor juga bisa berarti lokasi perakitan, misalnya E-nomor berasal dari Eindhoven, PL-nomor dari Philips Leuven.
Radio dengan kode IN adalah rakitan pabrik Philips di Indonesia.
4. Urutan keempat : tahun pembuatan dan serial
Urutan keempat dan kelima merupakan pasangan nomor dari 00 hingga 99. Angka pertama memperlihatkan tahun pembuatan, sementara angka belakangnya sebagai pembeda dua radio yang memiliki karakteristik sama atau mungkin dibuat pada th yang sama.
5. Urutan kelima : sumber daya
A : Tenaga listrik AC
U : Universal (AC / DC)
B : Baterai
V : Aki
T : Radio transistor dengan baterai voltase rendah
X : Catu daya utama AC atau dengan vibrator DC
Z : Gabungan aki / soket
Radio dgn kode A berarti dapt langsung dicolokkan ke listrik rumah. Perhatikan, untuk kode U radio tersebut dapat menggunakan AC maupun DC (90 Volt DC). Huruf V umumnya adalah radio mobil. Kode huruf X berarti radio
tersebut memiliki catu daya utama AC, tetapi dapat dinyalakan dengan catu daya DC melalui vibrator (semacam tenaga cadangan, fungsinya mirip baterai).
6. Urutan Terakhir : akhiran penutup
Akhiran (bisa berupa garis miring atau nomor) adalah kode tambahan, dan bisa juga berarti apa saja. Misalnya sebagai kode perbaikan teknis, tingkat pengembangan, besar frekuensi daya listrik, kode modifikasi, maupun produk untuk pasar tertentu.
Mari kita praktekkan, radio Philips dengan nomor seri B6X61A/01, dapat diartikan :
B = Jenis radio
6 = Kelasnya
X = Negara Perakit
61 = Tahun (depan) - Serial (belakang)
A = Catu Daya
01 = Akhiran
Jadi ia adalah Philips model table top, klas VI (biasanya memiliki fungsi untuk input piringan hitam/phono) dirakit di Belanda pada tahun 1956, menggunakan catu daya listrik AC.
Misalnya lagi nomor seri L4X24T, maka produk itu adalah radio jinjing (portabel) dengan komponen transistor, bertenaga baterai, yang dirakit di Belanda pada tahun 1962. Nah untuk radio Roti, misal BIN318U dapat diterjemahkan sebagai berikut:
B = jenis radionya (Table top alias ditaroh di atas meja)
IN = Rakitan Indonesia
3 = radio ini berada di kelas III kualitasnya
1 = dibuat sekitaran 1951
8 = akhiran yg berfungsi utk membdakn dg tipe radio roti lainnya yg diproduksi pada thn yg sama
U = Catu daya, u berarti UNIVERSAL, berarti bisa AC (127V) bisa DC (90V)
Dimana lokasi informasi di atas?
Lihat bagian belakang radio (rear cover), ada tutup karton keras. Biasanya karton tersebut memiliki semacam lubang jendela kecil yang langsung memperlihatkan secarik kertas yang menempel di rangka mesin.
Angka yang tersedia adalah (untuk radio Philips)
-- tegangan kerja dalam volt
-- frekuensi kerja dalam hertz
-- nr seri produksi
-- nr tipe radio (nah seperti diuraikan di atas)
-- daya konsumsi dalam watt
"Dikutip dari Forum Detik.com"
Radio Tabung Merk RALIN
Keterangan : (WIS PAYU/SUDAH LAKU/SOLD OUT)
Radio Tabung Merk Supertone Made In England
Keterangan : (WIS PAYU/SUDAH LAKU/SOLD OUT)
Radio Tabung Merk Telefunken Tipe D 667 WK Trop Made in Germany
Keterangan : (WIS PAYU/SUDAH LAKU/SOLD OUT)
Seonggok Barang Bekas Dari Comboran
Mungkin sebagian orang akan memandang sebelah mata barang-barang bekas ini, bahkan sebagian orang menganggap sampah.Namun apabila kita rawat dan kita pelihara barang barang tersebut akan memiliki nilai yang sangat tidak terkira.Inilah semua barang hasil buruanku dicomboran....Pasar Comboran adalah salah satu pasar barang bekas terbesar dikota Malang.Dipasar ini kita bisa mencari berbagai barang bekas baik onderdil motor/Mobil ataupun barang barang bekas lainnya.Radio Philips (radio Roti) disamping ini adalah barang bekas Pertama kali aku beli waktu pertama kali berkunjung dipasar Comboran.Dapat dipastikan setiap hari sabtu dan minngu aku selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi pasar loak ini. Disini barang-barang bekas itu dijual dengan murah jika kita pandai menegosiasi harga dengan pedagang. Suasana comboran yang terbilang kumuh, kumal, dekil dan tidak tertata dengan baik dan berbagai barang bekas yang berserak disepanjang jalan Halmahera dan sepanjang rel kereta api pertamina ini membuat daya tarik tersendiri buatku. Selain pasar comboran pusat barang bekas di Malang ada di Jalan Djuanda dan Jalan Kol. Sugiono atau lebih dikenal Boldi(khusus malam )disini juga dapat kita temui berbagai barang-barang bekas mulai barang antik sampai barang baru. Aku berharap kelak Pemkot Malang bisa mengemas Pasar comboran dengan sedemikian rupa sehingga menjadi suatu pasar seni ataupun tempat wisata seperti dipasar seni sokowati Bali dan pasar Triwindu di Solo......Semoga.
Berbagai Sudut Pasar Comboran
Langganan:
Postingan (Atom)